Ketika hati mulai kekeringan, tak tersiram
rahmatnya air hujan, tak terpercik wewangian surgawi, tak pula tersentuh
sejuknya embun pagi. Resah rasanya, hambar rasanya, pudar rasanya.
Ketika jalan yang dilalui tiba-tiba menjadi
buram, terselimuti malam kabut yang hening, tak ada lilin atau pun sebuah lampu
yang menerangi, gundah rasanya, kacau rasanya, ingin ku berlari namun gelap
adanya, tak bisa melihat nyatanya, walaupun mata tersedia dengan indahnya, mata
tak akan pernah bisa melihat apa yang terjadi sesungguhnya jika tidak ada
cahaya. Telinga hanya bisa mendengar jika ada bunyi ataupun suara, tapi ia
tidak akan bisa mengatakan apa yang terjadi sebenarnya jika tidak ada mata yang
melihat. Kulit hanya bisa meraba dan merasakan tapi tidak bisa menyatakan
kebenaran sesungguhnya jika tidak ada mata, ia hanya akan bisa menerka, menerka
dan menerka apa yang sedang terjadi, kaki akan terus berjalan ke tempat yang
ingin dituju sejauh mata memandang, lidah hanya bisa mengecap makanan dan
mengatakan apa yang ia rasakan jika didukung oleh mata.
Begitu pentingnya organ yang bernama mata,
sehingga Allah muliakan ia di dalam kitab, kalam-Nya yang mulia, Al-Qur’anul
Karim, subhanallah beberapa kali dalam firman-Nya Allah berfirman, “Lihatlah!,
Perhatikanlah”… tidak satu kali, tapi banyak kali, tidakkah kita memikirkannya?
Tidakkah kita menyadarinya? Atau mungkin sedangkah kita melupakan untuk
mensyukurinya?
Begitu mulianya mata, sehingga sering
disebut-sebut di dalam kitab suci Al-Qur’an, tapi apakah kemuliaan mata akan
menjadi tetap mulia tanpa adanya cahaya? Sedang kita semua tahu bahwa mata yang
mulia pun tidak mampu melihat tanpa adanya cahaya? Sehingga Allah swt. menyebutkan
kiasan kata cahaya dalam kata petunjuk yang terdapat dibeberapa surah Al-Qur’an
diantaranya: Surah Al- Baqorah (ayat 53, 142, 198, 213, 258, 264, 272), Surah
Ali ‘Imran, An-Nisa dan masih banyak lagi. Subhanallah!.
Ketika masa lalu mengiang dalam kesendirian,
melirihkan suara hari yang kesepian, seakan membuka luka hati yang ingin segera
minta diobati, tutup! Tutuplah!. Ia hanya akan membuat hari mu terpaku pada
masa lalu yang suram. Waktu bisa mengulang kita, tapi kita, sampai kapanpun
tidak akan pernah bisa mengulang waktu. Tak akan pernah bisa!, jadi manfaatkanlah
waktu yang ada untuk memperbaiki diri dan mendekatkan hati kepada Sang Khaliq,
Sang Maha Pencipta, Allah Subhanahu Wata’ala. Berusahalah, berikhtiarlah,
bercita-citalah dan bermimpilah tentang segala sesuatu yang baik, semoga Allah
berkenan mengabulkan dan mengubahnya menjadi kenyataan. Karena, selangkah kita
mendekat kepada Allah, Sedepa Allah mendekat kepada kita, merangkak kita
mendekat kepada Allah, berjalan Allah mendekat kepada kita, berjalan kita
mendekat kepada Allah, berlari Allah mendekat kepada kita. Percayalah, Allah
sangat rindu kepada hambanya yang mengikhlaskan hati dan jiwanya untuk mendekat
kepada Allah, mencintainya dengan tulus, dan merindukan pertemuan dengan
rabbnya di suatu hari yang pasti nanti. Ketika kita sudah mendapat cinta Sang
Rabbul ‘Izzati, insya Allah apapun yang kita minta pasti akan Allah beri,
sesuai dengan janji yang tak pernah Ia ingkari dan waktu yang ia kehendaki.
Semoga kita selalu berada di jalan Allah, dan selalu berada dekat dengan-Nya
serta mendapat cinta dari Sang Pemilik Hati, Sang Pemilik Cinta Sejati. Aamiin,
aamin ya Rabbal ‘alamiin.
Wallahua’lam.
“Menulislah ketika
ide itu datang, menulislah sebelum ide itu dimakan oleh waktu lapang mu,
menulislah, karena menulis itu merupakan suatu bentuk hadiah istimewa untuk
diri sendiri diwaktu yang akan datang”
-Nur Fitriyani
(Newbie Writer).
Komentar
Posting Komentar